Minggu, 29 April 2012

BAHASA INDONESIA 2# " MUSEUM KEBANGKITAN NASIONAL"


 TULISAN BEBAS KE-2
NING SABAR MAWARNI
15109970
3KA23
BAHASA INDONESIA 2#

Museum Kebangkitan Nasional adalah sebuah museum yang memamerkan berbagai koleksi benda-benda bersejarah yang berkaitan dengan sejarah kebangkitan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaannya. Museum ini menempati gedung tua bekas sekolah kedokteran yang didirikan oleh Belanda untuk orang-orang bumiputra bernama STOVIA (School Tot Opleiding Van Inlandsche Arsten). Bekas gedung sekolah kedokteran ini mulai dibangun sejak tahun 1899 M dan selesai pada tahun 1901 M. Di gedung ini, para mahasiswa bumiputra dari berbagai daerah di Indonesia dididik selama 7—9 tahun dan diharuskan tinggal dalam sebuah asrama sekolah.
Gedung STOVIA merupakan tempat berkumpulnya orang-orang terpelajar bumiputra dari berbagai daerah di Nusantara. Di gedung inilah bibit-bibit nasionalisme dan kebangkitan bangsa Indonesia mulai bersemai, tumbuh, dan menyebar. Pada tanggal 20 Mei 1908, di gedung ini telah lahir organisasi pergerakan nasional Budi Utomo yang dipelopori oleh beberapa mahasiswa STOVIA, antara lain dr. Sutomo, dr. Ciptomangunkusumo, dr. Wahidin Sudirohusodo, dan dr. Setiabudi (Douwes Dekker). Kemunculan organisasi ini, dalam catatan sejarah, dianggap sebagai tonggak penting dalam proses terbentuknya kesadaran nasional untuk melawan penjajah Belanda.
Tanggal lahir organisasi Budi Utomo kemudian ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia sebagai hari Kebangkitan Nasional. Pada masa pendudukan Jepang, yakni tahun 1942, gedung eks STOVIA ini difungsikan sebagai penjara bagi tentara Belanda yang menjadi tawanan perang. Pada tahun 1920 pendidikan Stovia dipindahkan ke Gedung baru, di Jl. Salemba No. 6, karena gedung lama tidak memenuhi syarat lagi untuk pendidikan kedokteran. Pada tahun 1925 Gedung Stovia digunakan untuk pendidikan MULO (setingkat SMP), AMS (setingkat SMA), dan Sekolah Asisten Apoteker. Sekolah ini berlangsung sampai tahun 1942, karena sejak kedatangan bala tentara Jepang (1942-1945) gedung ini digunakan untuk tempat penampungan bekas tentara Belanda (sebagai tawanan perang).
Setelah Indonesia merdeka, gedung tua bekas sekolah STOVIA tersebut masih berdiri kokoh dan baru direnovasi oleh Pemerintah DKI Jakarta pada tanggal 6 April 1973. Setelah beberapa lama, gedung ini diresmikan oleh Presiden Soeharto menjadi Gedung Kebangkitan Nasional, dan pada tanggal 27 September 1982 pengelolaannya dialihkan dari Pemerintah DKI Jakarta kepada Pemerintah Indonesia (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan). Dengan kewenangan ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melalui SK Mendikbud No. 030/0/1984 akhirnya menetapkan penyelenggaraan sebuah museum di dalam Gedung Kebangkitan Nasional dengan nama Museum Kebangkitan Nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar