Biasanya kita terutama anak muda yang bertaraf hidup modern sekarang
tidak memikirkan bahkan mengacuhkan bahwa mendapatkan uang itu mudah,
seharusnya kita sebagai anak yang masih di biayai oleh orang tua
haruslah menghargai setiap jerih payah orang tua dalam mendapatkan uang
untuk keperluan kita dan juga hidup kita sampai kita benar-benar bisa
mencari uang sendiri dengan usaha kita sendiri (kerja). Apalagi sekarang
kebutuhan barang dan jasa menjadi semakin mahal. berikut saya akan
memberikan tips bagaimana Mengelola keuangan Pribadi Dengan Prioritas
Kebutuhan agar teman-teman sekalian bisa mengontrol keuangannya secara
efektif.
1. Buat Perencanaan
Merencanakan pendapatan dan pengeluaran merupakan titik awal mengelola
keuangan. Dengan perencanaan yang baik, kita dapat mengatur kebutuhan
dan menentukan skala prioritas kebutuhan mana yang harus didahulukan
untuk dipenuhi. Meskipun pada prakteknya seringkali tidak sesuai dengan
perencanaan namun setidaknya dengan perencanaan kita akan lebih mudah
mencapai tujuan.
• Tulis pos-pos rencana Pendapatan dan Pengeluaran dalam satu bulan
• Atur pengeluaran jangan sampai lebih besar pasak daripada tiang
• Bedakan antara kebutuhan dan keinginan
• Buat skala prioritas, mana kebutuhan yang sangat penting, penting, kurang penting & tidak penting
2. Catat Pengeluaran harian
Mencatat pengeluaran secara detil dapat membantu kita untuk mengetahui
mana pengeluaran yang memang perlu dan merupakan kebutuhan dan
pengeluaran mana yang mana yang kurang perlu dan bisa dikesampingkan di
hari kemudian.
3. Menabung
Dalam hal ini menabung dapat digolongkan dalam 2 bagian yaitu menabung
di dunia untuk berjaga-jaga atas kebutuhan yang mendesak dan menabung
untuk akherat berupa harta yang kita nafkahkan di jalan Allah sebagai
investasi kita untuk masa depan yang abadi. Investasi akherat tidak akan
pernah merugi bahkan akan berlipat ganda tak hanya di akhirat nanti
tapi juga akan menambah rizki kita di dunia. Kedua tabungan ini harus
kita usahakan pemenuhannya supaya ketenangan hidup kita bertambah.
• Tentukan tujuan menabung
• Lakukan di awal bulan, jangan menunggu sisa krn biasanya manusia sulit menahan diri utk tdk menghabiskan uang
• Gunakan segala macam cara : bank, celengan, asuransi, obligasi dll
• Jangan meremehkan uang receh. Kata pepatah ”Berdikit-sedikit lama-lama
menjadi bukit.” Bahkan dengan menabung secara rutin dan istiqomah
seorang tukang becak bisa menunaikan ibadah haji.
4. Manajemen Hutang
Sebelum memutuskan untuk berhutang, sebaiknya perhatikan lebih dahulu,
untuk apa kita berhutang? Kalau hanya sekedar memenuhi keinginan sesaat
saja, maka sebaiknya jangan berhutang. Keinginan untuk hidup enak sesaat
sering mengabaikan dampak jangka panjang. Akan tetapi hutang yang
diambil haruslah sejalan dengan tujuan masa depan yang telah ditentukan,
mesilanya kredit pemilikan rumah atau mobil.
• Teliti sebelum berhutang. Bedakan keinginan dan kebutuhan.
• Untuk apa hutang tersebut digunakan
• Berapa besar hutang yang ingin dan mampu di ambil
5. Hemat dan Sederhana
Hemat tidak sama dengan pelit, sederhana tidak berarti menderita.
Membelanjakan harta secara sederhana berarti membelanjakan harta sesuai
dengan kebutuhan, tidak berlebihan(boros) namun tidak pelit. Sikap ini
bersifat relatif, tidak sama antara satu orang dengan orang lain karena
kebutuhan setiap orang berbeda-beda. Misalnya mobil kijang merupakan
barang yang sederhana bagi seorang ketua MPR, namun bagi seorang pegawai
rendahan bisa menjadi benda yang sangat mewah dan berlebihan. Begitu
juga dengan communicator atau IPhone, bagi seorang eksekutif yang setiap
hari harus berhubungan dengan dunia internet merupakan hal yang wajar.
Namun bagi seorang remaja yang masih gaptek dan hanya membeli HP untuk
keperluan nelpon dan SMS maka IPhone merupakan benda yang sangat mewah.
Intinya sederhana atau mewah tidak terletak pada mahalnya harga suatu
barang, namun pada siapa pemiliknya dan apa kebutuhannya.
Sederhana tidak berarti harus mengenakan pakaian yang usang dan
bertambal, HP yang sudah sering drop atau mengendarai motor yang jago
mogok. Sepanjang kita mempunyai dana maka tidak terlarang untuk
membelanjakan harta untuk membeli hal yang memang kita perlukan.
Rasulullah mempunyai seekor unta merah yang hebat, sekelas dengan mobil
mewah Jaguar. Rasulullah juga mempunyai sebuah pedang yang bagus dan
kuat. Namun hal ini tidak mengurangi kesederhanaan Rasulullah karena
memang beliau membutuhkannya. HP sering drop bisa menghambat dakwah
karena susah dihubungi, motor yang sering mogok malah berbiaya tinggi
karena harus sering keluar masuk bengkel, Pakaian yang sudah usang bisa
menjadi bahan omongan orang. Jadi tempatkanlah segala sesuatu dengan
sebagaimana mestinya.
6. Ukur kemampuan diri
Jangan bergaya hidup mewah padahal kita tidak mampu. Bahkan Rasulullah
selalu hidup sederhana meskipun beliau bisa hidup mewah jika beliau
ingin. Tidak perlu gengsi krn barang-barang kita tidak bermerk, murahan
atau sedikit kuno sepanjang masih bisa berfungsi dengan baik dan bisa
menunjang kegiatan kita it’s OK.
7. Cari Penghasilan Sampingan
Gali dan kembangkan keahlian dan hobi yg kita miliki, jadikan sebagai
peluang untuk mendapatkan maisyah/penghasilan. Tidak perlu mengeluh
karena kekurangan modal. Sepanjang ada kemauan untuk maju, maka Allah
pasti akan memberikan jalan.
Mudah-mudahan teman-teman sekalian bisa belajar berhemat atau mengelola keuangannya dengan baik dan benar.
Kamis, 15 Desember 2011
TULISAN PERTEMUAN KE 3"BELAJAR DENGAN CARA SKS"
SKS atau Sistem Kebut Semalam adalah sebuah sistem dimana kita belajar semalam suntuk buat menghadapi ujian besoknya. SKS sering
menjadi alternatif utama para pelajar maupun mahasiswa ketika
menghadapi ujian semester. Biasanya dilakukan oleh pelajar yang kurang
memiliki minat belajar secara rutin. Mereka belajar hanya ketika mau ada
ulangan atau ujian sekolah. Semalam suntuk berusaha mati-matin
mempelajari materi yang berjubel banyaknya.
SKS
ini ternyata tidak efektif untuk dilakukan. Bayangkan saja, dalam waktu
satu malam kita harus mengingat semua materi, riset mengatakan,
mempelajari banyak materi dalam waktu semalam kurang efektif jika
ingin pengetahuan baru tersebut bisa bertahan lama dalam otak kita.
Sejumlah studi telah mengungkapkan bahwa mengatur waktu belajar dalam
periode tertentu jauh lebih eferktif ketimbang menumpuk semuanya
sekaligus dalam satu sesi belajar.
Gaya belajar kebut semalam membuat fungsi otak terganggu karena otak menjadi kelelahan dan tidak bisa menerima rangsangan dari luar. Hal ini karena jadwal otak yang harusnya istirahat tapi dipaksa semalaman untuk terus bekerja, padahal saat jadwalnya tidur otak mendapatkan protein untuk kinerjanya. Jika seseorang terus menerus belajar semalaman maka ia akan kurang tidur yang berdampak pada gangguan memori dan mengganggu kerja dari otak.
Kondisi otak yang kurang istirahat ini akan memberikan dampak buruk pada tubuh seperti cemas, gelisah, stres, kurang konsentrasi serta menurunkan sistem kekebalan tubuh. Gaya belajar seperti itu mungkin bukan yang terbaik untuk pelajar dan mahasiswa karena tidak memberikan manfaat bagi otak. Untuk itu seseorang harus mengubah cara belajarnya agar menjadi lebih efisien dan efektif. Salah satu cara terbaik dalam belajar adalah mengulang, mencicilnya sehingga tidak bertumpuk serta tidak menunda-nunda pelajaran.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar belajar lebih efektif yaitu:
- Jika memiliki banyak aktivitas di luar, cobalah belajar mengelola waktu sehingga pendidikan tidak dikorbankan.
- Cobalah untuk menulis kembali catatan dari kelas di rumah, hal ini akan membantu otak mengingat kembali pelajaran di kelas sehingga membuat otak lebih mudah menyimpannya sebagai memori.
- Buatlah catatan dengan bahasa yang lebih mudah dipahami, catatan yang dimiliki tidak harus rapi tapi yang penting bisa dimengerti dengan baik.
- Jika ada sesuatu yang mengganggu pikiran, cobalah untuk mengajukan pertanyaan di kelas dan membuat catatan.
- Buatlah rangkuman mengenai hal-hal penting ke dalam catatan kecil setiap selesai satu bab pelajaran sehingga lebih mudah untuk dipelajari
- Cobalah mengetes diri sendiri tentang materi-materi yang sudah dipelajari. Hal ini baik untuk meningkatkan kemampuan mengingat dan memperbaiki kelemahan yang dimiliki.
TUUGAS PERTEMUAN KE 3"UNSUR-UNSUR KALIMAT"
I.PENGERTIAN
Kalimat adalah kumpulan kata – kata yang memiliki arti. Dapat diartikan pula Suatu bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang mempunyai suatu pengertian dan pola intonasi akhir.
II. UNSUR-UNSUR KALIMAT
III. CONTOH KALIMAT
2. Ibu memasak nasi
S P O
3. Ibu memasak nasi di dapur
S P O K
IV. POLA KALIMAT DASAR
Contoh : “Lita, tolong ambilkan piring !”
Sifat kalimat berita ada dua, yaitu :
- Ucapan Langsung : “Ibu akan pergi ke pasar sekarang” kata Ibu.
- Ucapan Tak Langsung : “Saya bertemu dengan Ibu Lita di depan pasar tadi pagi.” Ujar Rian.
Contoh : Dimana kamu sekarang ?
V. KALIMAT EFEKTIF
Kalimat Efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta dapat diterima maksudnya atau arti serta tujuannya seperti yang di maksud penulis atau pembicara.
Syarat-syarat Kalimat Efektif , yaitu :
1. Syarat awal yang meliputi pemilihan kata atau diksi dan penggunaan ejaan,
2. Syarat utama yang meliputi struktur kalimat efektif dan cirri kalimat efektif.
Kalimat adalah kumpulan kata – kata yang memiliki arti. Dapat diartikan pula Suatu bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang mempunyai suatu pengertian dan pola intonasi akhir.
II. UNSUR-UNSUR KALIMAT
- SUBYEK
- PREDIKAT
- OBYEK
- KETERANGAN
- PELENGKAP
III. CONTOH KALIMAT
- Ibu memasak
2. Ibu memasak nasi
S P O
3. Ibu memasak nasi di dapur
S P O K
IV. POLA KALIMAT DASAR
- Kalimat Perintah
Contoh : “Lita, tolong ambilkan piring !”
- Kalimat Berita
Sifat kalimat berita ada dua, yaitu :
- Ucapan Langsung : “Ibu akan pergi ke pasar sekarang” kata Ibu.
- Ucapan Tak Langsung : “Saya bertemu dengan Ibu Lita di depan pasar tadi pagi.” Ujar Rian.
- Kalimat Tanya
Contoh : Dimana kamu sekarang ?
V. KALIMAT EFEKTIF
Kalimat Efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta dapat diterima maksudnya atau arti serta tujuannya seperti yang di maksud penulis atau pembicara.
Syarat-syarat Kalimat Efektif , yaitu :
1. Syarat awal yang meliputi pemilihan kata atau diksi dan penggunaan ejaan,
2. Syarat utama yang meliputi struktur kalimat efektif dan cirri kalimat efektif.
tugas pertemuan ke 3"Pengertian Kalimat"
Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan
suatu pengertian dan pola intonasi akhir. Kalimat dapat dibagi-bagi lagi
berdasarkan jenis dan fungsinya yang akan dijelaskan pada bagian lain.
Contohnya seperti kalimat lengkap, kalimat tidak lengkap, kalimat pasif,
kalimat perintah, kalimat majemuk, dan lain sebagainya.
Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat antara lain SPOK :
- Subjek / Subyek (S)
- Predikat (P)
- Objek / Obyek (O)
- Keterangan (K)
1. Predikat (P)
Predikat dalam pandangan aliran struktural dianggap unsur yang paling penting dan merupakan inti kalimat. Predikat dalam bahasa Indonesia bisa berwujud kata atau frasa verbal, adjektival, nominal, numeral, dan preposisional.
Perhatikan beberapa contoh kalimat di bawah ini:
a. Yasmina duduk-duduk di ruang tamu.
b. Anda dan saya tidak harus pergi sekarang.
c. Letusan Gunung Merapi keras sekali.
d. Makanan itu mahal.
e. Ayah saya guru bahasa Indonesia.
f. Anda guru?
g. Anak kami tiga .
h. Peserta audisi itu puluhan ribu orang.
i. Dia dari Medan
j. Pak Nurdin ke Saudi.
Pada sepuluh kalimat di atas, terdapat bagian yang dicetak miring. Ada yang berbentuk kata maupun frasa (lebih dari satu kata). Kata atau frasa yang dicetak miring tersebut berfungsi sebagai predikat.
Kalimat a dan b adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori verbal, disebut kalimat verbal. Kalimat c dan d adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori adjektival, disebut kalimat adjektival. Kalimat e dan f adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori nominal, disebut kalimat nominal. Kalimat g dan h adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori numeral, disebut kalimat numeral. Kalimat i dan j adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori preposisional, disebut kalimat preposisional.
2. Subjek (S)
Disamping predikat, kalimat umumnya mempunyai unsur yang berfungsi sebagai subjek. Dalam pola kalimat bahasa Indonesia, subjek biasanya terletak sebelum predikat, kecuali jenis kalimat inversi. Subjek umumnya berwujud nomina, tetapi pada kalimat-kalimat tertentu, katagori lain bisa juga mengisi kedudukan subjek.
Pada sepuluh contoh kalimat di atas, kata atau frasa Yasmina, Anda dan saya, letusan Gunung Merapi, makanan itu, ayah saya, anak kami, peserta audisi itu, dia, dan Pak Nurdin berfungsi sebagai subjek. Subjek yang tidak berupa nomina, bisa ditemukan pada contoh kalimat seperti ini:
1. Merokok merupakan perbuatan mubazir.
2. Berwudlu atau bertayamum harus dilakukan sebelum sholat.
3. Tiga adalah sebuah angka.
4. Sakit bisa dialami semua orang.
3. Objek (O)
Objek bukan unsur wajib dalam kalimat. Keberadaanya umumnya terletak setelah predikat yang berkatagori verbal transitif. Objek pada kalimat aktif akan berubah menjadi subjek jika kalimatnya dipasifkan. Demikian pula, objek pada kalimat pasif akan menjadi subjek jika kalimatnya dijadikan kalimat aktif. Objek umumnya berkatagori nomina.
Berikut contoh objek dalam kalimat:
a. Dr. Ammar memanggil suster Ane.
b. Adik dibelikan ayah sebuah buku.
c. Kami telah memicarakan hal itu
Suster ane, ayah, sebuah buku, dan hal itu pada tiga kalimat di atas adalah contoh objek. Khusus pada kalimat b. Terdapat dua objek yaitu ayah (objek 1) dan sebuah buku (objek 2)
4. Pelengkap (PEL)
Pelengkap atau komplemen mirip dengan objek. Perbedaan pelengkap dengan objek adalah ketidakmampuannya menjadi subjek jika kalimatnya yang semula aktif dijadikan pasif. Perhatikan kata-kata yang dicetak miring pada kalimat-kalimat di bawah ini. Kata-kata tersebut berfungsi sebagai pelengkap bukan objek.
Contoh:
a. Indonesia berdasarkan Pancasila
b. Ardi ingin selalu berbuat kebaikan
c. Kaki Cecep tersandung batu.
5. Keterangan (K)
Unsur kalimat yang tidak menduduki subjek, predidkat, objek, maupun pelengkap dapat diperkirakan menduduki fungsi keterangan. Berbeda dengan O dan PEL. yang pada kalimat selalu terletak dibelakang P, unsur yang berfungsi sebagai keterangan (K) bisa terletak di depan S atau P.
Contoh:
a. Di perpustakaan kami membaca buku itu.
b. Kami membaca buku itu di perpustakaan.
c. Kami /di perpustakaan/ membaca buku itu.
d. Tono mencabut paku dengan tang.
e. Dengan tang Tono mencabut paku.
f. Tono /dengan tang/ mencabut paku.
Pada enam kalimat di atas, tampak bahwa frasa di perpustakaan dan dengan tang yang berfungsi sebagai keterangan mampu ditempatkan di awal maupun di akhir. Khusus jika ditempatkan antara S dan P, cara membacanya (intonasi) harus diubah sedemikian rupa (terutama jeda) agar pemaknaan kalimat tidak keliru.
Dilihat dari bentuknya, keterangan pada sebuah kalimat bisa dikenali dari adanya penggunaan preposisi dan konjungsi (di, ke, dari, kepada, sehingga, supaya, dan sejenisnya.). Akan tetapi, tidak semua keterangan berciri demikian, ada pula keterangan yang berbentuk kata, seperti pada contoh berikut:
a. Kami telah mengengoknya kemarin.
b. Tiga tahun kami telah bekerja sama dengannya.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta dapat diterima maksudnya/arti serta tujuannya seperti yang di maksud penulis/pembicara.
Ciri-ciri kalimat efektif: (memiliki)
1. KESATUAN GAGASAN
Memiliki subyek,predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K) yang saling mendukung
serta membentuk kesaruan tunggal.
Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum.
Kalimat ini tidak memiliki kesatuan karena tidak didukung subyek. Unsur di dalam keputusan itu bukanlah subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan keterangan ditandai oleh keberadaan frase depan di dalam (ini harus dihilangkan)
2. KESEJAJARAN
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.
Kalimat itu harus diubah :
1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
3. KEHEMATAN
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga.
Kalimat yang benar adalah:
Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.
4. PENEKANAN
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:
• Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang
penting di depan kalimat.
Contoh :
1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada
kesempatan lain
2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal
ini.
• Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh :
1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
3. Bisakah dia menyelesaikannya?
• Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
• Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh :
1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.
5. KELOGISAN
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh :
Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ;
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.
PELATIHAN
Ubahlah kalimat-kalimat di bawah ini menjadi kalimat efektif!
1. Seluruh siswa-siswa diharapkan harus mengikuti kerja bakti.
2. Para siswa-siswa diharuskan hadir di sekolah.
3. Dalam musyawarah itu menghasilkan lima ketetapan.
4. Kegagalan proyek itu karena perancangan yang tidak mantap
5. Yaitu tenun ikat yang khas Timor Timur.
Kalimat efektif yang sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya, antara
pikiran pembaca dengan pikiran penulisnya.
Dasar-dasar penguasaan kebahasaan yang mendukung keefektifan kalimat antara
lain : kosa kata yang tepat, kaidah sintaksis, dan penalaran yang logis.
Bandingkan :
• Walaupun ia tidak sekolah namun semangatnya berkobar.
• Ia tidak pernah sekolah namun semangatnya berkobar.
• Walaupun ia tidak pernah sekolah semangatnya berkobar.
• Di Solo menyelenggarakan perayaan sekaten.
• Solo diselenggarakan perayaan sekaten.
• Di Solo diselenggarakan perayaan sekaten.
• Solo menyelenggarakan perayaan sekaten.
Dari contoh-contoh tersebut manakah yang termasuk kalimat efektif ?
Kalimat dikatakan efektif jika memenuhi dua syarat utama, yaitu (1) struktur kalimat efektif dan (2) ciri kalimat efektif. Struktur kalimat efektif mencakup (a) kalimat umum, (b) kalimat paralel, dan (c) kalimat periodik. Sementara itu, ciri kalimat efektif meliputi :
a. Kesatuan (unity)
b. Kehematan (economy)
c. Penekanan (emphasis); dan
d. Kevariasian (variety)
Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat antara lain SPOK :
- Subjek / Subyek (S)
- Predikat (P)
- Objek / Obyek (O)
- Keterangan (K)
1. Predikat (P)
Predikat dalam pandangan aliran struktural dianggap unsur yang paling penting dan merupakan inti kalimat. Predikat dalam bahasa Indonesia bisa berwujud kata atau frasa verbal, adjektival, nominal, numeral, dan preposisional.
Perhatikan beberapa contoh kalimat di bawah ini:
a. Yasmina duduk-duduk di ruang tamu.
b. Anda dan saya tidak harus pergi sekarang.
c. Letusan Gunung Merapi keras sekali.
d. Makanan itu mahal.
e. Ayah saya guru bahasa Indonesia.
f. Anda guru?
g. Anak kami tiga .
h. Peserta audisi itu puluhan ribu orang.
i. Dia dari Medan
j. Pak Nurdin ke Saudi.
Pada sepuluh kalimat di atas, terdapat bagian yang dicetak miring. Ada yang berbentuk kata maupun frasa (lebih dari satu kata). Kata atau frasa yang dicetak miring tersebut berfungsi sebagai predikat.
Kalimat a dan b adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori verbal, disebut kalimat verbal. Kalimat c dan d adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori adjektival, disebut kalimat adjektival. Kalimat e dan f adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori nominal, disebut kalimat nominal. Kalimat g dan h adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori numeral, disebut kalimat numeral. Kalimat i dan j adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori preposisional, disebut kalimat preposisional.
2. Subjek (S)
Disamping predikat, kalimat umumnya mempunyai unsur yang berfungsi sebagai subjek. Dalam pola kalimat bahasa Indonesia, subjek biasanya terletak sebelum predikat, kecuali jenis kalimat inversi. Subjek umumnya berwujud nomina, tetapi pada kalimat-kalimat tertentu, katagori lain bisa juga mengisi kedudukan subjek.
Pada sepuluh contoh kalimat di atas, kata atau frasa Yasmina, Anda dan saya, letusan Gunung Merapi, makanan itu, ayah saya, anak kami, peserta audisi itu, dia, dan Pak Nurdin berfungsi sebagai subjek. Subjek yang tidak berupa nomina, bisa ditemukan pada contoh kalimat seperti ini:
1. Merokok merupakan perbuatan mubazir.
2. Berwudlu atau bertayamum harus dilakukan sebelum sholat.
3. Tiga adalah sebuah angka.
4. Sakit bisa dialami semua orang.
3. Objek (O)
Objek bukan unsur wajib dalam kalimat. Keberadaanya umumnya terletak setelah predikat yang berkatagori verbal transitif. Objek pada kalimat aktif akan berubah menjadi subjek jika kalimatnya dipasifkan. Demikian pula, objek pada kalimat pasif akan menjadi subjek jika kalimatnya dijadikan kalimat aktif. Objek umumnya berkatagori nomina.
Berikut contoh objek dalam kalimat:
a. Dr. Ammar memanggil suster Ane.
b. Adik dibelikan ayah sebuah buku.
c. Kami telah memicarakan hal itu
Suster ane, ayah, sebuah buku, dan hal itu pada tiga kalimat di atas adalah contoh objek. Khusus pada kalimat b. Terdapat dua objek yaitu ayah (objek 1) dan sebuah buku (objek 2)
4. Pelengkap (PEL)
Pelengkap atau komplemen mirip dengan objek. Perbedaan pelengkap dengan objek adalah ketidakmampuannya menjadi subjek jika kalimatnya yang semula aktif dijadikan pasif. Perhatikan kata-kata yang dicetak miring pada kalimat-kalimat di bawah ini. Kata-kata tersebut berfungsi sebagai pelengkap bukan objek.
Contoh:
a. Indonesia berdasarkan Pancasila
b. Ardi ingin selalu berbuat kebaikan
c. Kaki Cecep tersandung batu.
5. Keterangan (K)
Unsur kalimat yang tidak menduduki subjek, predidkat, objek, maupun pelengkap dapat diperkirakan menduduki fungsi keterangan. Berbeda dengan O dan PEL. yang pada kalimat selalu terletak dibelakang P, unsur yang berfungsi sebagai keterangan (K) bisa terletak di depan S atau P.
Contoh:
a. Di perpustakaan kami membaca buku itu.
b. Kami membaca buku itu di perpustakaan.
c. Kami /di perpustakaan/ membaca buku itu.
d. Tono mencabut paku dengan tang.
e. Dengan tang Tono mencabut paku.
f. Tono /dengan tang/ mencabut paku.
Pada enam kalimat di atas, tampak bahwa frasa di perpustakaan dan dengan tang yang berfungsi sebagai keterangan mampu ditempatkan di awal maupun di akhir. Khusus jika ditempatkan antara S dan P, cara membacanya (intonasi) harus diubah sedemikian rupa (terutama jeda) agar pemaknaan kalimat tidak keliru.
Dilihat dari bentuknya, keterangan pada sebuah kalimat bisa dikenali dari adanya penggunaan preposisi dan konjungsi (di, ke, dari, kepada, sehingga, supaya, dan sejenisnya.). Akan tetapi, tidak semua keterangan berciri demikian, ada pula keterangan yang berbentuk kata, seperti pada contoh berikut:
a. Kami telah mengengoknya kemarin.
b. Tiga tahun kami telah bekerja sama dengannya.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta dapat diterima maksudnya/arti serta tujuannya seperti yang di maksud penulis/pembicara.
Ciri-ciri kalimat efektif: (memiliki)
1. KESATUAN GAGASAN
Memiliki subyek,predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K) yang saling mendukung
serta membentuk kesaruan tunggal.
Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum.
Kalimat ini tidak memiliki kesatuan karena tidak didukung subyek. Unsur di dalam keputusan itu bukanlah subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan keterangan ditandai oleh keberadaan frase depan di dalam (ini harus dihilangkan)
2. KESEJAJARAN
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.
Kalimat itu harus diubah :
1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
3. KEHEMATAN
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga.
Kalimat yang benar adalah:
Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.
4. PENEKANAN
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:
• Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang
penting di depan kalimat.
Contoh :
1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada
kesempatan lain
2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal
ini.
• Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh :
1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
3. Bisakah dia menyelesaikannya?
• Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
• Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh :
1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.
5. KELOGISAN
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh :
Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ;
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.
PELATIHAN
Ubahlah kalimat-kalimat di bawah ini menjadi kalimat efektif!
1. Seluruh siswa-siswa diharapkan harus mengikuti kerja bakti.
2. Para siswa-siswa diharuskan hadir di sekolah.
3. Dalam musyawarah itu menghasilkan lima ketetapan.
4. Kegagalan proyek itu karena perancangan yang tidak mantap
5. Yaitu tenun ikat yang khas Timor Timur.
Kalimat efektif yang sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya, antara
pikiran pembaca dengan pikiran penulisnya.
Dasar-dasar penguasaan kebahasaan yang mendukung keefektifan kalimat antara
lain : kosa kata yang tepat, kaidah sintaksis, dan penalaran yang logis.
Bandingkan :
• Walaupun ia tidak sekolah namun semangatnya berkobar.
• Ia tidak pernah sekolah namun semangatnya berkobar.
• Walaupun ia tidak pernah sekolah semangatnya berkobar.
• Di Solo menyelenggarakan perayaan sekaten.
• Solo diselenggarakan perayaan sekaten.
• Di Solo diselenggarakan perayaan sekaten.
• Solo menyelenggarakan perayaan sekaten.
Dari contoh-contoh tersebut manakah yang termasuk kalimat efektif ?
Kalimat dikatakan efektif jika memenuhi dua syarat utama, yaitu (1) struktur kalimat efektif dan (2) ciri kalimat efektif. Struktur kalimat efektif mencakup (a) kalimat umum, (b) kalimat paralel, dan (c) kalimat periodik. Sementara itu, ciri kalimat efektif meliputi :
a. Kesatuan (unity)
b. Kehematan (economy)
c. Penekanan (emphasis); dan
d. Kevariasian (variety)
MASIHKAH SURGA DI BAWAH TELAPAK KAKI IBU?
Kita tentu sering mendengar kalimat bahwa surga itu di terletak di
bawah telapak kaki ibu . Kalimat ini tentu tidak terasa berlebihan
mengingat begitu mulia dan beratnya tugas seorang ibu. Mulai dari
mengandung dengan beban yang kian hari kian berat,melahirkan dengan
mempertaruhkan nyawa, hingga membesarkan buah hati menjadi generasi
rabbani. Di sisi lain seorang ibu pun adalah seorang istri yang
merupakan partner suami dalam membina rumah tangga yang sakinah.
Namun dewasa ini banyak wanita yang tidak menyadari peran fitrahnya sebagai seorang ibu maupun istri. Kesempatan yang terbuka lebar untuk berkarir dan beraktivitas di luar rumah membuat wanita terkadang menomor-duakan bahkan melupakan perannya sebagai istri dan ibu. Segala pekerjaan rumah diserahkan pada pembantu dan masalah pengurusan anak-anak diserahkan pada baby sitter. Akibatnya rumah tangga menjadi tidak harmonis dan anak-anak pun menjadi terbengkalai hingga terkadang anak-anak tersebut merasa lebih dekat pada pengasuhnya dibandingkan dengan ibunya sendiri.
Lalu dengan keadaaan yang seperti itu, masihkah surga berada di bawah telapak kaki ibu?
Berangkat dari pemikiran inilah pada hari Ahad 25 April 2010, Karim Salman mengadakan talkshow yang bertajuk “Masihkah Surga di Bawah Telapak kaki ibu?”. Talkshow ini ingin mengangkat bagaimana seharusnya wanita berperan sesuai fitrahnya, tentu saja dengan tidak memasung potensi wanita untuk berkarir dan berkarya di luar rumah.
Acara ini menghadirkan tiga orang narasumber yaitu dr. Achadiyani, Ibu Maryati (Pemilik Maryati Spa and Salon), dan Ghaida Tsuraya (Mahasiswi ITB), mereka bertiga adalah wanita yang dianggap mampu menjalankan fitrahnya sebagai istri dan ibu namun tetap barkarir dan berkarya dengan luar biasa di luar rumah. Acara ini dihadir sekitar 80 orang yang berasal dari kalangan mahasiswi,ibu-ibu dari LMS, dll.
Dengan adanya acara ini diharapkan peserta sadar akan fitrahnya sebagai wanita dan juga mampu mengoptimalkan potensinya untuk berkarya di luar rumah.
Jadi bila sekarang terlontarkan lagi pertanyaan,masihkahkah surga di bawah telapak kaki ibu?
Kaum wanita akan dengan lantang dan pasti menjawab, “masih dan akan selalu begitu…”
Namun dewasa ini banyak wanita yang tidak menyadari peran fitrahnya sebagai seorang ibu maupun istri. Kesempatan yang terbuka lebar untuk berkarir dan beraktivitas di luar rumah membuat wanita terkadang menomor-duakan bahkan melupakan perannya sebagai istri dan ibu. Segala pekerjaan rumah diserahkan pada pembantu dan masalah pengurusan anak-anak diserahkan pada baby sitter. Akibatnya rumah tangga menjadi tidak harmonis dan anak-anak pun menjadi terbengkalai hingga terkadang anak-anak tersebut merasa lebih dekat pada pengasuhnya dibandingkan dengan ibunya sendiri.
Lalu dengan keadaaan yang seperti itu, masihkah surga berada di bawah telapak kaki ibu?
Berangkat dari pemikiran inilah pada hari Ahad 25 April 2010, Karim Salman mengadakan talkshow yang bertajuk “Masihkah Surga di Bawah Telapak kaki ibu?”. Talkshow ini ingin mengangkat bagaimana seharusnya wanita berperan sesuai fitrahnya, tentu saja dengan tidak memasung potensi wanita untuk berkarir dan berkarya di luar rumah.
Acara ini menghadirkan tiga orang narasumber yaitu dr. Achadiyani, Ibu Maryati (Pemilik Maryati Spa and Salon), dan Ghaida Tsuraya (Mahasiswi ITB), mereka bertiga adalah wanita yang dianggap mampu menjalankan fitrahnya sebagai istri dan ibu namun tetap barkarir dan berkarya dengan luar biasa di luar rumah. Acara ini dihadir sekitar 80 orang yang berasal dari kalangan mahasiswi,ibu-ibu dari LMS, dll.
Dengan adanya acara ini diharapkan peserta sadar akan fitrahnya sebagai wanita dan juga mampu mengoptimalkan potensinya untuk berkarya di luar rumah.
Jadi bila sekarang terlontarkan lagi pertanyaan,masihkahkah surga di bawah telapak kaki ibu?
Kaum wanita akan dengan lantang dan pasti menjawab, “masih dan akan selalu begitu…”
Langganan:
Postingan (Atom)