TULISAN BEBAS KE-2
NING SABAR MAWARNI
15109970
3KA23
BAHASA INDONESIA 2#
Museum
Kebangkitan Nasional adalah sebuah museum yang memamerkan berbagai koleksi
benda-benda bersejarah yang berkaitan dengan sejarah kebangkitan bangsa Indonesia
dalam meraih kemerdekaannya. Museum ini menempati gedung tua bekas sekolah
kedokteran yang didirikan oleh Belanda untuk orang-orang bumiputra bernama
STOVIA (School Tot Opleiding Van Inlandsche Arsten). Bekas gedung sekolah
kedokteran ini mulai dibangun sejak tahun 1899 M dan selesai pada tahun 1901 M.
Di gedung ini, para mahasiswa bumiputra dari berbagai daerah di Indonesia
dididik selama 7—9 tahun dan diharuskan tinggal dalam sebuah asrama sekolah.
Gedung
STOVIA merupakan tempat berkumpulnya orang-orang terpelajar bumiputra dari
berbagai daerah di Nusantara. Di gedung inilah bibit-bibit nasionalisme dan
kebangkitan bangsa Indonesia
mulai bersemai, tumbuh, dan menyebar. Pada tanggal 20 Mei 1908, di gedung ini
telah lahir organisasi pergerakan nasional Budi Utomo yang dipelopori oleh
beberapa mahasiswa STOVIA, antara lain dr. Sutomo, dr. Ciptomangunkusumo, dr.
Wahidin Sudirohusodo, dan dr. Setiabudi (Douwes Dekker). Kemunculan organisasi
ini, dalam catatan sejarah, dianggap sebagai tonggak penting dalam proses
terbentuknya kesadaran nasional untuk melawan penjajah Belanda.
Tanggal
lahir organisasi Budi Utomo kemudian ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia
sebagai hari Kebangkitan Nasional. Pada masa pendudukan Jepang, yakni tahun
1942, gedung eks STOVIA ini difungsikan sebagai penjara bagi tentara Belanda
yang menjadi tawanan perang. Pada tahun 1920 pendidikan Stovia dipindahkan ke
Gedung baru, di Jl. Salemba No. 6, karena gedung lama tidak memenuhi syarat
lagi untuk pendidikan kedokteran. Pada tahun 1925 Gedung Stovia digunakan untuk
pendidikan MULO (setingkat SMP), AMS (setingkat SMA), dan Sekolah Asisten
Apoteker. Sekolah ini berlangsung sampai tahun 1942, karena sejak kedatangan
bala tentara Jepang (1942-1945) gedung ini digunakan untuk tempat penampungan
bekas tentara Belanda (sebagai tawanan perang).
Setelah
Indonesia
merdeka, gedung tua bekas sekolah STOVIA tersebut masih berdiri kokoh dan baru
direnovasi oleh Pemerintah DKI Jakarta pada tanggal 6 April 1973. Setelah
beberapa lama, gedung ini diresmikan oleh Presiden Soeharto menjadi Gedung
Kebangkitan Nasional, dan pada tanggal 27 September 1982 pengelolaannya
dialihkan dari Pemerintah DKI Jakarta kepada Pemerintah Indonesia (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan). Dengan kewenangan ini, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan melalui SK Mendikbud No. 030/0/1984 akhirnya menetapkan
penyelenggaraan sebuah museum di dalam Gedung Kebangkitan Nasional dengan nama
Museum Kebangkitan Nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar