Pengertian Menulis
Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan
(komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau
medianya. Dalam komunikasi tulis terdapat empat unsur yang terlibat
yaitu : (1) Penulis sebagai penyampai pesan, (2) Pesan atau isi
tulisan, (3) Saluran atau media berupa tulisan, dan (4) Pembaca sebagai
penerima pesan.
Menulis memiliki banyak manfaat yang dapat dipetik dalam kehidupan ini diantaranya adalah :
1. peningkatan kecerdasan,
2. pengembangan daya inisiatif dan kreatifitas,
3. penumbuhan keberanian, dan
4. pendorongan kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
Menurut Graves (1978), seseorang enggan menulis karena tidak tahu untuk
apa dia menulis, merasa tidak berbakat menulis, dan merasa tidak tahu
bagaimana harus menulis.
Smith (1981) mengatakan bahwa pengalaman belajar menulis yang dialami
siswa di sekolah tidak terlepas dari kondisi gurunya sendiri. Umumnya
guru tidak dipersiapkan untuk terampil menulis dan mengajarkannya.
Karena itu, untuk menutupi keadaan yang sesuangguhnya muncullah
berbagai mitos atau pendapat yang keliru tentang menulis dan
pembelajarannya. Diantara mitos tersebut adalah :
1. Menulis itu mudah
Teori menulis atau mengarang, memang mudah. Gampang dihafal. Tetapi,
menulis atau mengarang bukanlah sekedar teori, melainkan keterampilan.
Bahkan, ada seni atau art di dalamnya. Teori hanyalah alat untuk
mempercepat pemilikan kemampuan seseorang dalam mengarang. Seseorang
tanpa dilibatkan langsung dalam kegiatan dan latihan menulis, tidak
akan pernah mampu menulis dengan baik.
2. Kemampuan menggunakan unsur mekanik tulisan inti dari menulis
Seseorang perlu memiliki keterampilan mekanik seperti penggunaan ejaan,
pemilihann kata, pengkalimatan, pengalineaan, dan pewacanaan dalam
mengarang. Namuan, kemampuan mekanik saja tidak cukup, karangan harus
mengandung ide, gagasan, perasaan, atau informasi yang akan diungkapkan
penulis kepada orang lain.
3. Menulis itu harus sekali jadi
Tidak banyak orang yang dapat menulis sekali jadi. Bahkan, penulis
profesional sekalipun. Menulis merupakan sebuah proses. Proses yang
melibatkan tahap prapenulisan, penulisan, serta penyuntingan,
perbaikan, dan penyempurnaan.
4. Orang yang tidak menyukai dan tidak pernah menulis dapat mengajarkan menulis
Seseorang yang tidak menyukai dan tidak pernah menulis tidak akan
mungkin dapat mengajarkan seseorang menulis. Seseorang yang akan
mengajarkan menulis harus dapat menunjukkan kepada muridnya manfaat dan
nikmatnya menulis. Dia pun harus dapat mendemonstrasikan apa dan
bagaimana mengarang.
Hubungan Menulis dengan Keterampilan Berbahasa yang lain
1. Hubungan Menulis dengan Membaca
Membaca dan menulis merupakan suatu kegiatan yang menjadikan penulis
sebagai pembaca dan pembca sebagai penulis. Seseorang akan mempu
menulis setelah membaca karya orang lain atau secara tidak langsung
akan membaca karangannya sendiri. Ketika seseorang membaca karangan
orang lain ia akan berperan juga seperti penulis, ia akan menemukan
topik dan tujuan, gagasan, serta mengorganisasikan bacaan dari karangan
yang dibaca.
2. Hubungan Menulis dengan Menyimak
Seseorang akan dapat menulis setelah mendapat inspirasi, ide, gagasan
dengan menyimak dari berbagai sumber tak tercetak seperti radio,
televisi, ceramah, pidato, wawancara, diskusi, dan obrolan.
3. Hubungan Menulis dengan Berbicara
Menulis dan berbicara keduanya merupakan keterampilan berbahasa yang
bersifat aktif produktif, artinya penulis dan pembicara berperan
sebagai penyampai atau pengirim pesan kepada pihak lain. Pesan yang
disampaikan melalui media tulisan dapat diperoleh dari hasil berbicara.
Dan sebaliknya seseorang berbicara dapat mengambil konsep atau
informasi dari hasil tulisan sendiri atau orang lain.
Ragam Wacana
Karangan dapat disajikan kedalam lima bentuk atau ragam wacana, yaitu : deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
1. Deskripsi
Deskripsi adalah ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan suatu
berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan
penulisnya. Sasarannya adalah untuk menciptakan imajinasi pembaca
sehingga dia seolah-olah melihat, mengalami, dan merasakan sendiri apa
yang dilihatnya.
2. Narasi
Narasi adalah ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu
peristiwa. Sasarannya adalah memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya
kepada pembaca mengenai fase, langkah, urutan, atau rangkaian
terjadinya suatu hal.
3. Eksposisi
Eksposisi adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk menerangkan ,
menyampaikan, atau menguraikan sesuatu hal yang dapat memperluas atau
menambah pengetahuan dan pandangan pembacanya. Sasarannya adalah untuk
menginformasikan sesuatu tanpa ada maksud mempengaruhi pikiran dan
perasaan pembacanya.
4. Argumentasi
Argumentasi adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk meyakinkan
pembaca mengenai kebenaran yang disampaikan dengan menyajikan secara
logis, kritis, dan sistematis bukti-bukti yang dapat memperkuat
keobjektifan dan kebenaran yang disampaikan oleh penulis.
5. Persuasi
Persuasi adalah ragam wacana yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap
dan pendapat pembaca mengenai sesuatu yang disampaikan. Dalam karangan
ini bukti atau fakta yang digunakan hanya seperlunya saja yang
bertujuan untuk mengajak atau mempengaruhi pembaca.
Menulis sebagai Proses
Dalam pembelajaran menulis terdapat beberapa pendekatan yang sering digunakan antara lain :
1. Pendekatan frekuensi menyatakan bahwa banyaknya latihan mengarang akan membantu meningkatkan keterampilan menulis seseorang
2. Pendekatan gramatikal menyatakan bahwa pengetahuan seseorang
mengenai struktur bahasa akan mempercepat kemahiran dalam menulis
3. Pendekatan koreksi menyatakan bahwa seseorang dapat menjadi penulis
yang baik apabila banyak mendapat masukan dari orang lain.
4. Pendekatan formal menyatakan bahwa keterampilan menulis akan
diperoleh bila pengetahuan bahasa, pengalineaan, pewacanaan serta
aturan menulis dikuasai dengan baik.
Menulis dikatakan sebagai proses karena menulis merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan tahap-tahap yaitu :
1. Tahap Prapenulisan merupakan fase persiapan menulisseperti
menentukan topik dan tujuan karangan, mengumpulkan informasi serta
membuat kerangka karangan.
2. Penulisan merupakan tahapa untuk mengembangkan ide atau informasi yang diperoleh pada tahap prapenulisan
3. Pascapenulisan merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram yang kita hasilkan
PENALARAN
Penalaran adalah suatu proses berpikir yang sistematis dan logis untuk
memperoleh sebuah kesimpulan. Secara umum penalaran dapat dibedakan
menjadi dua yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif.
Penalaran induktif adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari
hal-hal yang khusus menuju ke hal yang umum, maksudnya suatu proses
yang dimulai dengan kalimat-kalimat penjeklas yang kemudian sampai pada
sebuah kesimpulan yang sekaligus merupakan pikiran utama dari
penjelasan-penjelasan tersebut.
Penalaran deduktif adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari
suatu yang umum menuju hal-hal yang khusus artinya dimulai dari
pokok-pikiran utama kemudian dilanjutkan oleh kalimat-kalimat penjelas.
Penalaran deduktif menggunakan silogisme dan entimen sebagai alat
penalarannya, sedangkan penalaran induktif menggunakan generalisasi,
analogi dan hubungan kausal.
Dalam penalaran ada yang disebut salah nalar. Salah nalar artinya
kekeliruan atau ketiadahubungan antara peristiwa, kasus atau alasan
dengan kesimpulannya. Hal ini disebabkan karena kekurangcermatan,
kecerobohan, ketidaktahuan atau sikap emosional. Dengan demikian salah
nalar disebabkan oleh generalisasi yang terlalu luas, kerancuan
analogi, kesalahan kausalitas, kesalahan relevansi dan kesalahan karena
menyadarkan pendapat ataua alasan mengenai suatu masalah terhadap
seorang tokoh di luar keahliannya.
KALIMAT EFEKTIF
Pilihan Kata
Kata adalah satuan bebas terkecil sebagai pengungkap dan penerima
gagasan. Kata menjadi unsur pembentuk kalimat. Karena itu, kualitas
pilihan kata akan sangat menentukan keefektifan kalimat. Dengan kalimat
yang efektif itu, gagasan yang diungkapkan penutur atau penulis sama
dengan gagasan yang diterima oleh pendengar atau pembaca. Untuk memilih
kata, dua kaidah dapat dipakai pegangan, yakni kaidah ketepatan dan
kaidah kecocokan. Kaidah ketepatan di ukur dari kemampuan kata sebagai
alat pengungkap dan penerima gagasan. Sedangkan kaidah kecocokan diukur
dari kesesuaian kata dalam konteks penggunaannya.
Seorang penulis dapat menguasai pilihan kata dan memahiri diri dalam
memilih kata dengan membiasakan diri melakukan hal-hal berikut : (1)
mencermati dan melatih menggunakan kata-kata yang bersinonim, (2)
menggunakan kata-kata secara cermat, dan (3) membiasakan diri
menggunakan kata-kata secara konsisten.
Dalam penggunaan kata-kata yang bersinonim ada beberapa makna kata yang
digunakan seperti makna umum-khusus lebih intensif-kurang intensif,
lebih emotif-kurang emotif, umum-teknis, dan leksikon baku-leksikon
tidak baku.
Pengembangan Kalimat Efektif
Pengembangan kalimat efektif dapat dilakukan untuk menjadikan kalimat
sebagai sarana pengungkap dan penangkap pesan agar komunikasi terjadi
secara efektif. Untuk mengembangkan kalimat efektif, dua hal yang perlu
diperhatikan yakni persyaratan kalimat efektif dan kiat pengembangan
kalimat efektif.
Terdapat dua persyaratan kalimat efektif, yakni persyaratan kebenaran
yang bertolak ukur pada kebenaran kaidah bahasa dan persyaratan
kecocokan yang bertolak ukur pada kecocokan atau kekompakan kalimat
konteks, baik konteks kebahasaan maupun kontreks non-kebahasaan.
Kiat Penyusunan Kalimat Efektif
Kalimat efektif dapat dikembangkan dengan kiat-kiat khusus. Ada empat kiat yang dapat digunakan, yakni :
1. Kiat Pengulangan
Kiat pengulangan digunakan dengan menampilkan informasi penting dengan
menampilkan ulang informasi itu baik dalam kalimat maupun dalam untaian
kata.
2. Kiat Pengedepanan
Kiat pengedepanan digunakan untuk menonjolkan informasi dengan menempatkan unsur yang ditonjolkan itu di bagian depan kalimat.
3. Kiat Penyejajaran
Kiat penyejajaran digunakan untuk menampilkan unsur kalimat dalam posisi yang sejajar.
4. Kiat Pengaturan variasi kalimat
Kiat pengaturan variasi kalimat digunakan untuk menampilkan kalimat
secara bervariasi, baik variasi struktur kalimat maupun variasi jenis
kalimat.
PERANCANGAN KARANGAN
Perancangan karangan merupakan salah satu kegiatan dalam tahap
prapenulisan. Dalam perancangan itu dilakukan tiga kegiatan yang
berurutan, yakni penentuan topik, penentuan tujuan, dan penyusunan
rencana karangan. Topik adalah hal pokok yang diungkapkan dalam
karangan dalam penentuan topik karangan ada pertimbangan-pertimbangan
yang perlu diperhatikan oleh seorang penulis, yakni : kemanfaatan,
penarikan dan fisibilitas.
Penentuan tujuan penulisan sangat penting. Tujuan itu ada
bermacam-macam seperti menjadikan pembaca ikut berpikir dan bernalar,
membuat pembaca tahu tentang hal diberitakan, menjadikan pembaca
beropini, menjadikan pembaca mengerti, membuat pembaca senang dan
menghayati nilai-nilai yang dikemukakan dalam karangan. Penyusunan
rencana karangan adalah penataan kerangka karangan secara sistematis.
Bagi penulis, kerangka karangan bermanfaat yakni memberitakan arah yang
jelas, menghindari kerja ulang, memungkinkan masuknya materi baru, dan
membuat kerja penulis menjadi fleksibel.
Kerangka karangan dapat dipilih menjadi dua bentuk, yakni kerangka
topik dan kerangka kalimat. Pada kerangka topik bagian-bagian karangan
diungkapkan dengan frase. Sedangkan pada kerangka kalimat bagian-bagian
karangan diungkapkan dengan kalimat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar